Serayu Tameng Longsor
[Perbukitan Ngajir, Dokumentasi Tim Ekspedidi Serayu]
Sebagai kawasan yang dikelilingi pegunungan, longsor tentu menjadi ancaman tersendiri bagi warga di Dusun Tlaga Wangi Kelurahan/ Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Keberadaan sungai Serayu di timur dusun tersebut ternyata memiliki manfaat tersendiri. Menurut salah satu warga saat ditemui Tim Sosial Budaya Ekspedisi Serayu, Slamet Kamsuri sungai Serayu diyakini masyarakat Dusun Tlaga Wangi sebagai tameng dari longsoran bukit-bukit di seberang Serayu. ia mengatakan menurut kisah sesepuhnya, di seberang timur Serayu ada Dusun Pladon. Dusun tersebut tertimbun longsoran dari perbukitan Ngajir, Pending dan Larangan. Namun longsoran tersebut tertahan Serayu sehingga Tlaga Wangi tidak ikut terkena longsor
Warga dusun Paldon akhirnya pindah ke barat sungai Serayu, mendirikan rumah di Dusun Komahan sebelum akhirnya berpindah lagi menjadi kawasan perumahan di Desa Kejajar sekarang.
Bekas longsoran di Pladon, tambah Slamet, masih terlihat dari batang pohon yang tertimbun di perkebunan yang saat ini ditanami kentang.
[Kali Bayi, Dokumentasi Tim Eks, Serayu]
Tak hanya menyimpan kisah tentang Dusun Plodong, daerah Tegal Wangi juga menyimpan kisah tentang sungai atau Kali Bayi. Banyak orang yang mengira nama yang bermuara di sungai Serayu itu sebagai tempat pembuangan bayi. Masih menurut Slamet, Kali Bayi pada masa lampau digunakan untuk ritual memandikan perempuan yang sedang mengandung. “Perempuan yang sedang hamil empat atau tujuh bulan, serta setelah melahirkan, biasanya dimandikan di sungai itu. Jadilah nama sungai itu Kali Bayi, karena diyakini dengan dimandikan menggunakan sungai tersebut, perempuan yang hamil akan mudah dalam proses melahirkan” ujar Slamet.
Namun, tambah Slamet, saat ini semua tradisi tersebut sudah tidak lagi dilakukan oleh masyarakat Tegal Arum. Narasumber: Heni Purwono (Sejarawan, Ketua tim sosbud eks. Serayu)
Posted by: Havid Adhitama
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete