AerialShoot Sungai Serayu [dok. tim Ekspedisi Serayu bid. Sosial Budaya] |
Hantu-hantu Serayu
Masyarakat
Jawa memiliki kekhususan dalam mengidentifikasi cerita mistis untuk senantiasa
dihubungkan dengan keberadaan makhluk ghaib atau roh yang bergentayangan (baca:
hantu/ memedi). Bahkan, masyarakat
Jawa juga percaya hantu memiliki spesifikasi dan cara kerja yang terstruktur
. Pun demikian dengan sungai Serayu, masyarakat yang tinggal di
sepanjang DAS nya memiliki beragam pandangan tentang hantu-hantu di seputar
Serayu.
Mulai
di daerah hulu di Dieng, masyarakat di sana bahkan percaya bahwa Dieng dipenuhi
dengan mahluk ghaib. Toha, juru kebersihan di Tuk Bima Lukar misalnya, ia
meyakini bahwa ditempat ia bekerja terdapat hantu bernama Eyang Bima atau ia
juga menyebutnya Pangeran Bima Naga. Bentuknya seperti naga, sehingga ia juga
menyebutnya Tunggul Naga. Tak heran, jika di tempat itu, banyak orang yang
bersemedi, berharap tuah dari penunnggu Tuk Bima Lukar.
Alm, Mbah Naryono sedang melakukan ritual sebelum pemberangkatan tim ekspedisi Serayu di Tuk Bima Lukar [dok. tim eks. Serayu Sosbud] |
Di
daerah kecamatan Garung, Mintarja juga meyakini bahwa Serayu, terutama di wilaayah
pertemuan tiga sungai atau pethuk,
ada hantu Serayu berupa ular besar ber jengger. Konon siapa saja yang melihat
ular tersebut muncul, selang tiga hari kemudian akan menemui ajal.
Turun
lagi di daerah dibawahnya, Desa Sitiharjo, Iskandar juga meyakini jika
sungai Serayu yang mengalir di bawahnya penuh hantu sundel bolong dan juga
wewe. Juga ada ular yang jika lidahnya bercabang tiga, maka dipastikan ular
tersebut adalah ular jadi-jadian.
Warga
Desa Kalibeber, Surokhim juga memiliki keyakinan lain seputar hantu
Serayu. Ia meyakini bahwa di Serayu ada mahluk ghaib bernama Nini Angga. Ia
berwujud kepala perempuan dengan rambut panjang, dan jika kaki seorang pencari
ikan sampai terikat rambutnya, maka pasti akan tenggelam dibawa arus sungai.
Di
daerah perkotaan Banjarnegara, Syabil juga meyakini bahwa di kedung
Monteng Rejasa juga banyak penunggunya, sehingga banyak kejadian orang
tenggelam di kedung tersebut.
Di
Banyumas, menurut Profesor Sugeng Priyadi, hantu Serayu diyakini masyarakat
dengan nama Wiangga. Wujud hantu tersebut berupa kepala manusia, yang sengaja
melambaikan tangan seperti orang tenggelam meminta tolong, dalam rangka menarik
dan menenggelamkan korbannya.
Lepas
dari benar tidaknya keberadaan hantu-hantu Serayu, sebenarnya mitos tentang
hantu dibuat masyarakat Jawa karena ketidakmampuan menganalogikan ilmu
pengetahuan secara runtut, terperinci, terlebih ilmiah. Mereka hanya mampu
mengetahui dan merasakan gejala tanpa mampu mengurai detail penjelasannya
(Setiawan, ibid).
Menurut
Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno, hantu sering kali dijadikan sebagai
“tameng” pelestarian lingkungan oleh masyarakat masa lampau, sehingga
menjadikan orang-oarang tidak berlaku sembarangan terhadap tempat-tempat
tertentu. Hampir di semua belik
(mata air) selalu terdapat pohon besar yang dikeramatkan. Sebenarnya mungkin
itu dimaksudkan agara orang tidak menebang pepohonan besar sehingga kelestarian
mata air terjaga. Namun rasionalitas orang sekarang secara membabi buta justru
ingin mematahkan mitos-mitos keangkeran pohon-pohon besar dengan menebangnya.
Hasilnya, kini semakin banyak mata air yang mati karena tidak ada lagi pohon
besar yang menjadi penyimpan dan penyuplai air mata air.
Narasumber: Heni Purwono (ketua tim sosbud. eks.serayu) Posted by Havid Adhitama
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteKalo dlm agama Islam alam ghaib itu mmg ada, jikalau ada org Islam GK percaya adanya alam ghoib atau GK prcya adanya mahluk astral/ iblis, berarti beliau GK prcya firman Allah
ReplyDeletememang seperti itu realitasnya gan, tp beberapa kepercayaan yang berkembang di masyarakat itu berfungsi sebagai tameng untuk melestarikan alam, mereka mewariskan cerita-cerita mitos yang memiliki makna laten dalam pelestarian lingkungan. ini yg menjadi ciri khas orang jawa, simbolik.
Delete