Minggu lalu, saya bersama razin (teman saya) mencoba menyusuri jalan tembusan antara kabupaten Banjarnegara-Batang dan Banjarnegara-Pekalongan, perjalanan ini dilakukan secara spontan tanpa ada rencana sebelumnya.
Pagi sekitar pukul 08.00, saya menghampiri ke rumah Razin yang tidak jauh dari rumah saya, kemudian langsung berangkat ke arah timur, yaitu kecamatan Batur, sebelumnya kami menyiapkan rute dan maping menggunakan GPS dari smarthphone. Setelah melakukan persiapan kami berangkat menuju desa Sayangan. Sebagai awal perjalanan, pemandangan disini cukup mempesona, daerah di selatan kec. Batur terlihat sangat jelas yang kebetulan cuacanya sangat cerah pada saat itu.
Setelah melintasi jalan aspal Batur-Sayangan yang agak rusak dan dikelilingi hutan, perjalanan dilanjutkan ke arah desa Kembang langit kab. Batang yang berada di perbatasan antara Banjarnegara dan Batang, jalanya berupa batu yang ditatat, sangat rusak dan turunan yang curam cukup mencekam, disini suspensi klx mulai diuji. setelah melewati jalanan yang terjal di desa Kembang langit kami menemui banyak objek wisata seperti hamparan kebun teh dan air terjun, namun kami tidak berhenti karena keterbatasan waktu.
Jarak antara kecamatan Batur, Banjarnegara ke kecamatan Blado, Batang sekitar 55 km dan dapat ditempuh sekitar 2 jam, lama karena jalanannya yang terjal. kami tidak menyangka bahwa setelah turun dari daerah perkebunan teh itu langsung berada di pusat kecamatan Blado, agak panik karena saya tidak memasang plat nomor dan lupa membawa STNK 😅, maka dari itu kami melakukan maping ulang agar tidak melewati pusat kota untuk menuju arah Pekalongan. Kami beristirahat di gardu pandang yang berada di area outbond, menikmati kopi dengan view kota Batang dari atas bukit.
Setelah membuka maps, kami mendapatkan jalan terobosan yang langsung tembus ke kecamatan Doro, kabupaten Pekalongan, jaraknya sekitar 17 km dari Blado (ke arah selatan). Jalan disini berupa cor-coran semen sehingga lumayan untuk dilewati namun debu dari aktifitas proyek pembangunan dan lalu lalang truk pembawa material sangat mengganggu penglihatan dan pernafasan. kami sampai ke jalan yang menghubungkan kec. Doro dengan kec. Petungkriyono, tujuan kami bukan ke Doro namun menuju rumah dengan melewati Doro-Petungkriyono-Gumelem-Jatilawang-Wanayasa (rumah). setelah 15 menit akhirnya kami tiba di pintu masuk hutan lindung Petungkriyono.
Di hutan ini, terdapat banyak objek wisata dan satwa liar seperti owa jawa (sejenis kera), babi hutan hingga macan kumbang, awalnya kami agak ragu tapi melihat waktu jika berbalik arah melewati Kajen kemungkinan sampai rumah saat petang, sehingga kami tetap nekat melewati hutan belantara ini 😌.
Suasana disini sangat tenang, sepi dan hanya bunyi burung dan hewan lainya yang menemani. Jalan antara pintu masuk hutan lindung hingga Gumelem saya definisikan Sangat Rusak! hanya sedikit sisa aspal yang masih menempel dijalan, jalan berupa kerikil dan pasir yang sesekali berupa track lumpur, walaupun sudah berhati-hati dan pelan kami tetap terjatuh karena ban depan motor terpeleset kerikil diturunan 😅, alhasil tripleclam fork motor agak geser dan handle bar miring ke kanan, tapi alhamdulilah kami ngga lecet sedikitpun karena memang saat jatuh dalam kondisi pelan, dan Razin yang membonceng sempat loncat.
Di Hutan Petungkriyo, kami menemui air terjun di pinggir jalan, tempatnya lumayan terkelola namun terlihat hanya beberapa wisatawan saja yang sedang basah-basahan di air terjun, kami hanya lewat dan tidak turun. disini kami juga menjumpai spot rafting dan tubbing, sebenarnya kami penasaran dan ingin sedikit bertanya-tanya pada pengelola namun saat itu sudah turun kabut, kami khawatir dengan perjalanan yang masih agak lama dengan jarak pandang yang terbatas. dan perjalanan kami lanjutkan menuju Gumelem. di Gumelem terdapat basecamp untuk pendakian gunung Rogojembangan yang secara administratif masuk ke kecamatan Wanayasa, jadi Gumelem dan Wanayasa sebenarnya bersebrangan tetapi terhalang gunung. disini kami melewati jalan cor-coran yang baru digarap sebelah, seperti proyek mangkrak yang sudah lama ditinggal, beton-beton yang retak dan hancur berhamburan dijalan menyulitkan kami untuk melewatinya.
Dari pintu masuk Hutan lindung menuju Wanayasa memiliki jarak 40 km dan dapat ditempuh selama 2 jam. setelah keluar dari Gumelem, kami kembali menuju rumah, perjalanan yang cukup melelahkan.
Sebenarnya saya masih penasaran dengan tempat rafting dan tubbing di lereng utara gunung Rogojembangan tadi, saya berencana untuk mencoba sensasi rafting di tempat tersebut, nantikan ceritanya, oke? writed by Havid Adhitama