Sedikit menceritakan pengalaman saya ketika Offroad ke daerah konflik yang berada di perbatasan antara kabupaten Banjarnegara
dengan kabupaten Batang. sebenarnya
artikel ini sudah saya tulis 1 tahun yang lalu (2017), tetapi untuk menghindari
hal-hal yang tidak di inginkan, akhirnya saya tunda dan baru bisa memosting
hari ini (2018).
Awalnya, saya datang ke kantor BPBD
Banjarnegara untuk meminta peta topografi yang digunakan untuk melengkapi
data penelitian di ekstra KIR (karya
ilmiah) tentang pertanian di daerah hulu
sungai Serayu. kebetulan saya bertemu dengan bapak Herman Satmoko, salah
satu rescuer SAR yang juga menjadi pembina ekstra kurikuler Pecinta Alam di SMA 1 Banjarnegara.
Karena peta yang saya cari tidak ada di
BPBD Banjarnegara, akhirnya kami hanya berbincang-bincang dan pak Herman menceritakan tentang
permasalahan yang terjadi di Kecamatan Batur yang berkaitan dengan daerah
Resapan air di Hutan terbis.
Hutan Terbis ini
berada di perbatasan antara kecamatan Batur kab. Banjarnegara dengan kecamatan
Blado Kab. Batang. Konflik ini terjadi karena
hutan lindung milik Perhutani yang juga
sebagai daerah resapan air bagi warga Batur dialihfungsikan menjadi lahan
pertanian oleh warga Wanapriya. sehingga
setiap musim kemarau warga Batur kesulitan mendapatkan air bersih, dari situlah
konflik terjadi.
Menurut warga
Batur, petani di Wanapriya melakukan alih fungsi atau membuka lahan dengan izin yang kurang jelas dari pemerintah.
Sebenarnya, pembukaan lahan untuk pertanian adalah hal yang sah-sah saja karena SDA di Indonesia memang sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat indonesia. Pembukaan lahan pertanian tersebut sangat jelas dampaknya bagi perekonomian petani di lokasi. Tanah yang subur menghasilkan tanaman yang berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat untuk lebih maju. Tetapi segala pemanfaatan SDA harus melalui tahapan perijinan yang sesuai dengan aturan dan selalu mengedepankan aspek berkelanjutan sehingga tidak menimbulkan kerusakan alam dan konflik sosial.
Sebenarnya, pembukaan lahan untuk pertanian adalah hal yang sah-sah saja karena SDA di Indonesia memang sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat indonesia. Pembukaan lahan pertanian tersebut sangat jelas dampaknya bagi perekonomian petani di lokasi. Tanah yang subur menghasilkan tanaman yang berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan masyarakat untuk lebih maju. Tetapi segala pemanfaatan SDA harus melalui tahapan perijinan yang sesuai dengan aturan dan selalu mengedepankan aspek berkelanjutan sehingga tidak menimbulkan kerusakan alam dan konflik sosial.
Karena saya
penasaran dengan kondisi hutan Terbis, saya putuskan untuk datang
langsung dan sekaligus mencoba track offroad yang biasa dilalui oleh petani.
Pada saat itu
saya hanya bersama dengan seorang teman yang rumahnya tidak jauh dari hutan
terbis untuk menemani saya melihat kondisi lahan yang dialihfungsikan. Kami
berdua membawa motor trail sendiri-sendiri. Dengan peralatan seadanya kami
berangkat ke hutan Terbis yang jaraknya sekitar 15 KM dari rumah teman saya
yang berada di desa Condong campur.
Cuaca saat itu gerimis dengan kabut yang pekat, tapi perjalanan
tetap saya lakukan karena sudah terlanjur dipersiapkan. Perjalanan dari desa Condong campur ke hutan Terbis
melewati desa Pekasiran, dimana terdapat objek wisata telaga Sidringo dan kawah
Candradimuka.
Track berlumpur |
Jalanan setelah desa Pekasiran berupa track
tanjakan tanah dan bebatuan yang licin
dan terjal. kami melewati track offroad sekitar 1 jam. Ditengah track offroad, motor
teman saya mengalami kendala yaitu stasioner rantai patah karena selip diantara
lumpur dan menghantam batu.
stasioner rantai berfungsi memposisikan
rantai, karena patah akhirnya rantai selalu lepas dari gear belakang. Kami
memutuskan untuk meninggalkan motor tersebut dan melanjutkan perjalanan dengan
berboncengan karena lokasi yang kami tuju sudah dekat.
dan setelah sampai di hutan Terbis, saya kaget
karena disana tidak terdapat satupun pohon besar yang masih berdiri. Sejauh
mata memandang hanya ada tanaman kentang dan beberapa tanaman palawija. Tatapan
bingung saya teralihkan ketika datang beberapa petani yang menanyakan tentang maksud dan tujuan
kami kesini.
Kemudian saya menjelaskan bahwa kedatangan kami berdua hanya untuk offroad semata, alasan tersebut dipekuat karena teman saya menggunakan jersey klub offroad di Dieng yang cukup popular, Sehingga rasa 'penasaran' mereka mulai hilang dan Mereka meninggalkan kami.
Tetapi kemudian, mereka malah seperti berkumpul dengan petani lainya. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kami hanya sebentar berada di atas lahan tersebut karena petani-petani tersebut terus mengawasi aktivitas saya dan teman saya dari kejauhan.
Setelah selesai
mengamati dan mengambil beberapa foto, kami putuskan untuk langsung pulang karena suasana yang kurang kondusif (atau mungkin ini hanya suudzon kami berdua) . Untuk stasioner motor teman saya
tadi, akhirnya diakali dengan memasang besi kecil untuk menjaga posisi
rantai. Alhamdulilah kami pulang dengan
selamat.
tanah subur - organik |
Telaga Sidringo ketika kabut |
Wahhh batang yaaa.... aku jg orang batang. tp kok warga wanapriya gitu yaa
ReplyDeleteya gimana lagi gan, urusan hak dan wewenang kalo aparatnya ngga jelas ya ttp ngga jelas sampe bawah-bawahnya
Delete