Something wrong
Rabu, 18 April 2018 sekitar pukul
13.30 Banjarnegara diguncang gempa dengan kekuatan 4,4 SR dengan kedalaman 4 km
dibawah permukaan tanah. Gempa ini berpusat di desa Kasinoman kecamatan
Kalibening atau 8 kilometer arah barat
dari rumah saya, Wanayasa.
Sesaat setelah gempa, mobil double cabin BPBD Banjarnegara melaju
kencang didepan rumah dengan sirine yang
bising lalu disusul dengan banyaknya relawan berseragam oranye yang mengikuti. Karena penasaran dengan apa
yang terjadi, saya ikut rombongan tersebut. Saya sangat terkejut ketika
iring-iringan berhenti di depan SD N 1 Kasionaman, terlihat ibu-ibu menangis,
anak-anak terdiam dengan tatapan kosong, kubah masjid tersungkur ke tanah, dan
banyak bangunan yang roboh, saat itu teringat bahwa tante saya juga mengajar di
SMP 2 Kalibening yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari pusat gempa kemudian
saya kesana untuk memastikan semua baik-baik saja.
Kondisi SMP N 2 Kalibening sesaat setelah Gempa, rabu (18/4) |
Ketika saya sampai, semua baik-baik
saja. Murid-murid sudah dibubarkan sebelum gempa sehingga ruang kelas sudah
kosong, Nampak disitu guru-guru sedang berdiri ditengah lapangan sembari menatap bangunan sekolah yang hancur dengan
seluruh gentengnya yang lepas dari posisiya.
Terlepas dari kejadian itu, kali ini
saya akan memaparkan opini saya. dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas. Correct me if I’m wrong.
Sebelum saya menulis ini, saya sudah
membaca tentang profil tektonisme kecamatan Kalibening yang ternyata dulunya
adalah cekungan patahan atau disebut Graben.
Dari cekungan tersebut terbentuklah sebuah danau purba raksasa yang di
bentengi oleh pegunungan Rogojembangan (re: Pegunungan Serayu Utara) yang
membentang dari timur Wanayasa hingga ke Kalibening. Sehingga tak heran jika terjadi gempa
dilokasi tersebut, karena memang sejak dulu pergerakan lapisan tanah sudah
berlangsung.
Mungkin gempa 4,4 SR bisa dibilang
kecil jika dibandingkan dengan gempa-gempa di wilayah lain, tetapi pusat gempa
disini sangat dangkal, hanya 4 km dari permukaan tanah. Hal tersebut mengakibatkan gempa tidak dirasakan
di banyak tempat, tetapi kerusakan yang diakibatkan sangat fatal karena
pergerakan tanah yang keras di dekat titik pusat.
Nah, penjelasan keadaan geografis
diatas membuat saya berpikiran “ohh..ya
wajar aja, kan emang gitu” begitu masuk akal. Tetapi saya tiba-tiba
berpikir keras ketika membaca story Whatsapp salah satu rescuer SAR. seperti
ini
Dari Story whatsapp tersebut, saya
menjadi flashback dengan Bencana-bencana yang terjadi di Banjarnegara bagian
atas dalam kurun 5 tahun ini, dimulai dari Longsor Sijemblung, Longsor Suwidak,
Letusan Kawah Sileri, Longsor Bantar, longsor Paweden hingga kemarin yaitu
Gempa Kasinoman. Bencan-bencana tersebut membuat saya berpikir dengan yang dimaksud
“membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal”. Sudah
dijelaskan dalam banyak ayat Al-quran ataupun Hadist tentang Bencana adalah
peringatan dari allah dan salah satu ciri-ciri Kiamat dengan makna tersirat agar
kita selalu mendekatkan diri kepada allah.
Sekali lagi, ini hanya opini saya.
Pembaca boleh setuju ataupun tidak, tetapi realitas di masyarakat sekitar saya
masih banyak praktik-praktik kemusyrikan yang dilakukan atas nama Budaya! Tidak
perlu saya sebutkan kebudayaan seperti apa yang saya maksud. Dan bisa dikatakan
kegiatan itu termasuk “perbuatan orang-orang yang kurang akal” karena jelas hal
tersebut menyimpang dari apa yang diajarkan dalam agama saya.
Saya disini juga bukan orang yang
suci, yang tidak mempunyai dosa dan selalu benar. Tetapi saya berusaha untuk
selalu berada dijalan yang benar dengan menjauhi apa yang dilarang oleh agama.
Dan posisi saya disini juga seorang yang bangga akan kebudayaan jawa yang
sangat beragam dan kaya akan nilai filosofi. saya sangat setuju dengan
pemerintah yang gencar Nguri-uri Budaya, hanya
saja kurang Sreg dengan realitasnya
di masyarakat, kebudayaan disini bukan lagi perkara seni tetapi lebih layak
disebut acara SATANIC.
Sejarah akan terus terulang dengan pola
yang sama.Jika kita menerjemahkan arti Kesenian dan Kebudayaan dengan
praktik seperti itu, maka kita tidak
akan maju dengan hal itu. malah kita bisa kembali lagi ke zaman jahiliyah dimana tuhan tidak dipercayai,
pohon-pohon besar disembah, patung-patung diberi makan. Maka dari itu saya
sangat menyayangkan dengan kebudayaan yang
seperti itu. kalimat ‘Agama Amung Pepaes’
(Agama hanya Hiasan) kini sudah relevan dengan keadaan sekarang.
Ada yang bilang, “Itu kan Kebudayaan Kita Yang asli, yang masih murni dari nenek moyang
kita? Kenapa tidak suka?” . Perlu saya garis bawahi, kita sekarang hidup di jaman modern dan kita harus
mengikuti perkembangan jaman, tentunya perkembangan yang positif. Kita tidak
bisa hidup di masa lalu, tetapi dari masa lalu
kita diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, Allah Swt menurunkan
petunjuk bagi manusia yang beriman. Jadi, ketika kita kembali lagi dengan
kepercayaan nenek moyang maka sama saja dengan orang yang pergi ke hutan
belantara kemudian diberi Peta, tetapi Peta tersebut ia bakar.
Proses Evakuasi warga desa Kertasari, yang terisolir karena akses jalan tertutup Longsor. |
Saya disini hanya menyampaikan pikiran
saya, faktor terjadinya bencana hanya allah yang tau,
manusia hanya dapat memprediksi dengan ilmu pengetahuan. Wallohu aalam, semua
terjadi atas kekuasaan allah. Maka dari itu kita sebagai manusia harus selalu
mengintrospeksi diri, apa yang salah dengan diri kita. Karena di dunia ini
hukum sebab-akibat pasti berlaku.
Sekali lagi ini hanya opini/pendapat
saya, tidak perlu dipermasalahkan anda suka ataupun tidak, karena sudut pandang
setiap orang pasti berbeda. Bukan juga saya merasa sok pintar, orang paling
benar dan suci. Tetapi saya disini masih dalam tahap belajar menjadi manusia
yang lebih baik. Karena sesama manusia harus saling mengingatkan. Jadi, mari
kita koreksi apa yang salah dengan diri kita dan lingkungan kita.
Saya hanya bisa berdoa semoga keadaan segera aman kembalipara korban gempa selalu ditabahkan, disabarkan, dan dikuatkan. Aamiin.
Doaku untuk Banjarnegara tercinta, semoga keadaan segera aman kembali. Semoga para korban gempa selalu ditabahkan, disabarkan, dan dikuatkan. Aamiin
ReplyDeleteTerlepas penyebab gempa, wallahu'alambishawab.. Be postifi thinking :)
iyaa kak, aamiin
Delete