Sebelumnya,
Tulisan ini masih berkaitan dengan postingan
“Melintasi Jalur Tikus Banjarnegara-Pekalongan-Batang" yang saya tulis 1 tahun yang lalu.
Jadi trip ini udah direncanakan lama, tapi baru kesampaian buat eksekusi.
Dalam trip ini,
saya ingin mencari sisa-sisa aktivitas vulkanik gunung Rogojembangan yang sedang ber-hibernasi. Lokasi Gunung Rogojembangan secara Administratif masuk wilayah kecamatan Wanayasa, Banjarnegara dan lereng bagian utara masuk wilayah kecamatan Petungkriyono, Pekalongan.
Ketika saya mendaki Gunung Rogojembangan saya tidak menjumpai kawah atau lubang belerang di puncak maupun dijalur pendakian tersebut, malah gunung Rogojembangan hanya seperti bukit biasa, di puncaknya pun hanya ada area seluas lapangan voli untuk mendirikan tenda. Rasanya tidak mungkin, gunung dengan ketinggian 2117 Meter diatas permukaan laut ini hanya menyisakan mata air panas sebagai bukti aktivitas Post Vulcanic. Lokasi mata Air panas ini berada 1 Km belakang rumah saya atau lereng selatan gunung Rogojembangan ini.
Ketika saya mendaki Gunung Rogojembangan saya tidak menjumpai kawah atau lubang belerang di puncak maupun dijalur pendakian tersebut, malah gunung Rogojembangan hanya seperti bukit biasa, di puncaknya pun hanya ada area seluas lapangan voli untuk mendirikan tenda. Rasanya tidak mungkin, gunung dengan ketinggian 2117 Meter diatas permukaan laut ini hanya menyisakan mata air panas sebagai bukti aktivitas Post Vulcanic. Lokasi mata Air panas ini berada 1 Km belakang rumah saya atau lereng selatan gunung Rogojembangan ini.
Baca Juga: Pemandian Air Panas Kalianget
Kami mendengar
kabar bahwa di Desa Igirgede, Petungkriyono, Pekalongan terdapat salah satu
tebing yang mengeluarkan belerang pekat. Desa Igirgede ini berada di lereng
Utara gunung Rogojembangan dan jika ditarik lurus lokasinya persis bersebrangan
dengan rumah saya (lereng selatan). Maka dari itu saya berniat menuju kesana.
Pada trip ini,
saya masih bersama Razin (muhammadrazin77). Mulanya kami Routing jalur menggunakan
GPS untuk menuju ke desa Igirgede, kami start dari Wanayasa sekitar pukul 13.15
kemudian bergegas menuju waypoint yang pertama yaitu di desa Gumelem, kec.
Petungkriyono, lalu belok ke arah Simego. Untuk menuju desa Igirgede ini
memerlukan waktu 1 jam dengan jarak
tempuh 18 Km, agak lama karena track yang kami lewati lumayan parah.
Untuk jalan dari
Wanayasa ke Gumelem masih bagus dan ramai dengan aktivitas warga, tetapi jalan Gumelem menuju Simego sangat sepi!! Vegatasi
di kanan dan kiri jalan masih berupa hutan perawan, tanaman paku-pakuan tua
yang di selimuti sulur-suluran serta kabut yang turun menambah kesan mistik
perjalanan kali ini. Tidak hanya itu kami Jumpscare! ketika seekor Monyet
menyebrang didepan kami, seketika langsung tancap gas karena shock. beberapa ratus meter dari monyet tersebut kami
berhenti untuk mengambil foto. Lokasi ini belum jauh dari desa Gumelem, jalan
aspal ini terlihat jarang dilewati, rumput banyak tumbuh di sela-sela aspal
walau terlihat seperti baru.
Ternyata jalan
mulus ini hanya sekitar 2 Km dari Gumelem, ketika masuk lebih dalam lagi jalan
batu dengan tekstur yang super kasar ini telah menanti, medan disini berupa tanjakan dan turunan curam seperti sungai
kering. Setelah beberapa saat, kami masuk ke wilayah Igirgede dan bertemulah
dengan tebing putih di kiri jalan yang mengeluarkan uap belerang, walaupun
tidak mengeluarkan asap seperti kawah, tapi aromanya lebih kuat dari pada
kawah-kawah di Dieng. Kami tidak berlama-lama disini karena agak berisiko dan
kami tidak tau pasti itu Uap atau gas SO2 alias sulfur dioksida yang beracun.
Rasa penasaran
saya sudah sedikit terjawab, kemudian kami melanjutkan perjalanan untuk pulang
dengan melewati jalan lingkar yang tembus ke kecamatan Kalibening agar tidak
balik melewati jalur yang super creepy tadi. Ketika masuk ke permukiman desa
Igirgede, ternyata disini mayoritas rumah memasang Solar Cell sebagai sumber
listrik mereka, sepertinya jaringan listrik belum lama masuk karena tiang
listrik disini masih sangat baru, beberapa tiang berkode tahun 2017. Mayoritas
penduduk disini bermata pecaharian sebagai petani dengan komoditas sayuran dan
palawija.
Setelah melewati
Igirgede, kami sampai di desa Simego, kondisinya tidak jauh berbeda denga
Igirgede. Di Simego kami belok ke arah kalibening, Banjarnegara dengan jarak
sekitar 12 Km untuk menuju ke sana. Kami mengira jalur lingkar ini lebih mulus
dari pada jalan Gumelem-Igirgede, Ternyata dugaan kami salah! Jalan disini
lebih terjal dengan turunan yang super ekstrim, saya tidak berani menggunakan
rem depan karena akan otomatis tergelincir ketika traksi ban depan terkunci di
atas batuan terjal berpasir. Setelah 30
menit lebih melewati jalan ini, sampailah kami di desa Plorengan, Kalibening.
Letaknya di sebelah barat desa Kasinoman yang belum lama ini terkena musibah
Gempa Bumi.
Kami sampai di
jalan raya Wanayasa-Pekalongan dan melanjutkan perjalanan pulang kerumah,
Alhamdulilah kami pulang dengan selamat. Saya
masih penasaran dengan aktivitas
keseharian warga Igirgede atau Simego dengan akses yang serba sulit seperti
itu, saya tidak sempat menyakan hal tersebut pada penduduk, mungkin lain waktu
ketika menuju kesitu.
Kamu kok ngeselin sih Vid, kan ku minta diajak kl km piknik ih.. Besok kl mau nanya2 bagaimana aktivitas warga simego, aku ikutttt
ReplyDeleteHahaha... aku lupa, btw disitu banyak temen2e kak ell 😂 . Gelantungan di pohon. Okesip next trip aku ajak
DeleteTemen2ku pd bergelantungan. Situ kan temenku juga, berarti yg dimaksud bergelantungan itu kamu? Wakakakak
DeleteTak tunggu ajakan piknikmu lhooo
ayoo mba.... pinik mburi umahnya di realisasikan
DeleteSemoga hutannya selamanya tdk alih fungsi lahan, biar tetep mistis dan misterius, dan Rogojembangan tetep bobo manis saja yaa...tulisannya informatif, saya masih penasaran dg kenampakan keseluruhannya🙏🙏
Delete