Apakah kalian pernah membayangkan
jika di Jawa tengah punya tempat eksotis yang mungkin bisa dibilang mirip Ranu
kumbolo di jawa timur atau danau Sentani di Papua? Ya di jawa tengah ada! Telaga Sidringo namanya.
Sebuah Kaldera vulkanik di dataran
tinggi Dieng.
Lokasinya berada di 10 kilometer
sebelah barat Candi Arjuna. Tepatnya di desa Pekasiran kecamatan Batur, Kabupaten
Banjarnegara. Biasanya bisa di tempuh dalam waktu 20 menit. Lho kok lama? Kan Cuma 10 km? Yaa memang lumayan,
sebab jalan untuk menuju ke Telaga Sidringo lumayan berat. Belum teraspal
semua.
Telaga Sidringo ini berada di ketinggian
2030 Meter di atas permukaan laut, data ini saya ambil dari peta topografi OpenTopoMaps
di GPS essential. Dari pertama kali saya datang ke tempat ini di tahun 2015, belum
pernah merasa bosan walaupun tempatnya tetap sama.
Tetapi yang membuat istimewa dari
tempat ini adalah feels dari udara dingin dan perubahan cuaca yang ada. Bisa di
prediksi sesuai waktunya. Jika ingin kesini disaat cerah dengan langit biru, pastikan
kalian datang di bulan juni-september saat musim kemarau. Kemungkinan mendapati
Sidringo dengan langit biru sangat besar.
Jika kalian datang di antara
bulan November-Mei kemungkinan besar akan mendapati suasana mendung dan
berkabut, tetapi ini yang menjadi daya tarik tersendiri. Hampir tiap semester saya
offroad A.K.A trabas di daerah Telaga Sidringo bersama kawan-kawan di Dieng. Offroad menyusuri single track yang
biasa dilalui petani untuk membawa pupuk maupun hasil panen dari kebun kentang
ke desa. Track di musim penghujan jelas memiliki keasikan tersendiri karena Challenging
untuk dilewati dengan motor trail.
Entah berapa kali saya berkunjung
ke telaga Sidringo, tetapi kemarin (Juni 2020) saya datang ke Sidringo untuk
melakukan uji coba alat yang saya rakit. Yaitu APRS Tracker, alat ini berfungsi
sebagai penjejak lokasi dan alat komunikasi darurat yang bisa terkoneksi dengan
satelit IO-86 LAPAN A2. Yang pada
intinya bisa mengirimkan posisi terkini, berkirim pesan, gambar ataupun suara
di tempat yang tidak terjangkau oleh sinyal GSM ataupun sinyal digital lainya
di situasi apapun. Yang mungkin suatu saat bisa digunakan dan membantu tim SAR
dalam melakukan Operasinya.
Dan kebetulan sekali cuaca pagi
itu sangat cerah dan bersahabat. Saya datang bersama Razin (teman saya) dan
memang sebelumnya sudah berencana untuk
refresing karena stuck dan bosan selama karantina covid-19. Sebenarnya saat itu
Sidringo belum dibuka, mengingat SK
Bupati Banjarnegara tentang darurat Covid-19 yang menginstruksikan semua tempat
wisata di Banjarnegara untuk tutup hingga juli 2020.
Kami sarapan dan ngopi disini, memasak
mi instan dan menikmati atmosfer pagi dataran tinggi sembari menunggu passing
satelite IO-86 lewat pada mode APRS. Hampir 2 bulan penuh tidak keluar rumah
sekalinya keluar ke tempat yang benar-benar sepi. Saat itu hanya kami berdua di
telaga Sidringo.
Setelah mencoba memancarkan
APRS dengan alat yang saya rakit, kami bergegas ke kantor UPT dinas pariwisata
Dieng untuk survey pemasangan Stasiun cuaca disana, menemui Pak Aryadi Darwanto.
Sekaligus keliling ke komplek candi Arjuna yang sangat sepi karena memang belum
di buka. Menariknya, walaupun belum dibuka kami sudah menemui beberapa wisatawan yang datang ke komplek candi Arjuna.
Tapi jelas, mereka tidak diperbolehkan masuk.
Jika kalian bertanya, kapan
tempat wisata di dieng akan dibuka secara resmi? Saya tidak tahu jawabanya,
sebab situasi sekarang semakin tidak jelas dan tidak karuan. Misalpun dibuka,
pastikan jaga diri kalian baik-baik. Stay safe teman!
Jalan-jalan sekaligus test perangkat ya OM. Mantap
ReplyDeleteahaha iya ni om
ReplyDelete