Dipinjami satelit? Ya, mungkin
agak terdengar freaky tapi ini kenyataanya. Saya juga tidak tau kenapa bisa sampai
disini, bertemu orang-orang yang jauh dari circle dan diberi kesempatan yang sangat luar biasa bagi
saya.
Tepat sehari sebelum peringatan 75 tahun kemerdekaan Indonesia, saya diberi kesempatan untuk mengisi bimbingan teknis komunikasi melalui voice repeater satelit IO-86 / LAPAN A2- ORARI kepada rekan-rekan anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia lokal Banjarnegara di alun-alun kota.
Bimtek ini bertujuan untuk meningkatkan skill anggota ORARI Banjarnegara khususnya disaat terjadi situasi darurat entah itu bencana atau apapun itu yang mengakibatkan lumpuhnya jaringan telekomunikasi darat.
Di artikel "Bermain dengan Satelit, Bagaimana caranya?", saya pernah menceritakan bagaimana saya menjadi buronan orang-orang AMSAT-ID karena memancar secara illegal ke Satelit milik LAPAN tapi mungkin disitu rejeki saya sehingga bertemu dan berteman dengan orang-orang yang sangat luar bisaa disana.
Pasca saya memiliki ijin dari kominfo untuk eksperimen di dunia radio amatir, saya bertemu dan bergabung dengan ORARI lokal Banjarnegara dimana saya jadi lebih paham apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka sukai dalam hobi amatir radio ini. Disini saya bertemu dengan senior-senior amatir radio Banjarnegara yang tentu sudah expert di bidangnya dan punya akses terhadap Lembaga lain yang berkaitan.
Dari situ, saya dimintai tolong oleh ketua ORARI lokal Banjarnegara yaitu Pak Harsono YB2JXC untuk berbagi ilmu terkait komunikasi satelit. Saya iyakan saja kebetulan juga akhir-akhir ini saya selalu stay dirumah karena pandemi covid ini.
Setelah penentuan tanggal pelaksanaan, saya langsung menghubungi rekan di Pusat Teknologi Satelit LAPAN Bogor yaitu om Sonny YD1SCC, saya menanyakan passing satelit yang ideal agar bimtek menjadi lebih mudah. Yaitu ketika satelit IO-86 melitas tepat diatas pulau jawa. Setelah itu om sonny memberikan schedule yang rinci dan mempersilakan saya memilih waktu yang sesuai.
Ya, waktu yang sesuai untuk dipinjami satelit secara langsung oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia, tidak saya sangka perijinan untuk kegiatan tersebut sangat mudah dan tanpa syarat apapun selain surat kegiatan dari ORARI lokal.
Setelah saya berkoordinasi dengan orang LAPAN tersebut, saya koordinasi balik dengan rekan-rekan Banjarnegara. Mereka sudah menyepakati waktu dan tempat Selepas itu saya memberikan mereka skema antenna yang akan digunakan dan beberapa panduan teknis yang perlu dipersiapkan sebelum bimtek dimulai.
Di hari H, yaitu minggu 16 Agustus
2020 Saya berangkat ke kota, sebelum praktek tentunya materi perlu dipaparkan
telebih dahulu agar saat praktek langsung mereka tidak kesulitan. Walaupun
peserta bimtek disini sudah lumayan berumur semua, mereka tetap semangat
memperhatikan apa yang saya paparkan. Ya maklum, memang sangat langka anak-anak
sepantaran saya sekarang yang tertarik dengan dunia amatir radio, buktinya saya
menjadi amatir radio paling muda di Banjarnegara untuk sementara ini. Saya masih
19 tahun saat ini.
Sebelumnya saya sudah menghubungi beberapa rekan amatir radio dari beberapa daerah di Indonesia seperti om Dave YC5YC dari Riau, om Rian YC5ABK dari Pesisir selatan Sumatera, Om Yono YD0NXX dari Jakarta yang kebetulan ia salah satu perakit satelit ini, Om Sonny YD1SCC yang memberikan akses satelit untuk Bimtek ini, Om Adil YD3HNL di Jawa timur dan om Frans YC8VFB di Ambon untuk turut serta mensukseskan bimtek ini sebagai stasiun lawan komunikasi. dan tentunya aktivasi transponder satelit ini tidak di publish ke umum karena jika di publish akan banyak gangguan di frekuensi tersebut, entah orang iseng ataupun jail.
Ketika di Alun-alun kami sudah siap untuk menunggu satelit IO86 melintas diatas Indonesia, durasinya hanya 12 menit untuk sekali passing. Tetapi satelit ini bisa melintasi Indonesia setiap 100 menit. Karena satellite IO-86 atau Indonesia OSCAR (Orbiting Satelitte Carrying Amateur Radio) ke 86 di angkasa ini termasuk satelit Low Orbit, berbeda dengan satelit Geostasioner seperti satelit TV yang kita pakai dirumah, jadi memerlukan pointing antara posisi antenna dan satelit selama passing berlangsung. Dan begini rekaman ketika kami berkomunikasi dan saling tukar readability suara radio:
Jika ditanya alat apasaja yang diperlukan untuk melakukan komunikasi satelit ini tentu sangatlah mudah didapat, hanya perlu menggunakan HT cina murahan dualband UHF/VHF 200ribuan dengan antenna Moxon yang bisa kita buat hanya dari hanger pakaian atau logam apapun itu yang mudah didapat disekitar rumah. Lho kok gitu? Ya karena rencana awal dari diciptakanya satelit ini adalah untuk mitigasi bencana.
Salah satu bukti kesuksesan satelit ini adalah ketika terjadi Tsunami Palu, dimana seluruh jaringan komunikasi darat lumpuh dan tidak ada akses komunikasi digital yang memungkinkan untuk menghubungi luar pulau. Namun berkat satelit ini, om Joko YC8NYJ bisa meraba orbit dan posisi satelit karena terbiasa dengan komunikasi via satelit sehingga ia berhasil mereport kondisi dilokasi bencana secara langsung ke Jakarta.
Mungkin ini akan menjadi pengalaman yang tidak akan saya lupakan, diberi akses dan aktivasi satelit khusus untuk saya berbagi ilmu dengan rekan-rekan sesama amatir radio oleh Tim YF1ZQA di LAPAN Bogor. Saya sangat berterima kasih dengan rekan-rekan AMSAT-ID (Amateur Satelitte Indonesia) dan LAPAN Indonesia atas kesempatan ini. Semoga dengan bimtek ini, Banjarnegara menjadi lebih siap menghadapi situasi apapun khususnya dalam komunikasi di situasi darurat. De YD2CLX, 73.