Saya, Bersama Siswa SDN 4 Kalisatkidul |
Jika membahas awal mula kenapa
tertarik dengan program Kampus Mengajar ini, maka jawaban saya adalah ingin
skip PPL dan KKN. Bagi saya hal tersebut
sangat menarik, kenapa? Karena melihat kakak tingkat yang melaksanakan
KKN dan PPL di situasi seperti ini sangat tidak menyenangkan. Kegiatan KKN
hanya berupa update story di Instagram dan PPL mengajar siswa melalui zoom.
Bagi mahasiswa semester atas seperti saya hal tersebut merupakan hal yang
challenging karena mesti improve dengan situasi yang tidak stabil. Berbeda
ketika KKN dan PPL offline yang bisa jadi akan membuat kesan baru ketika kita
melaksanakanya bersama-sama.
Begitu saya mendengar statement dari
fakultas saat sosialisasi yang intinya peserta kampus mengajar akan mendapat
konversi 12 SKS dan bisa direkognisi menjadi nilai KKN, PPL dan Mata kuliah.
Saya langsung tertarik, walaupun belum ada gambaran apapun untuk kegiatan dari
program ini. semangat? Sebenarnya biasa saja, sebab ketika pendaftaran lumayan
pesimis melihat antusiasme pendaftar dari teman satu jurusan yang banyak
sekali, apalagi mereka yang memiliki banyak sertifikat pengalaman organisasi
juga setifikat pengalaman mengajar.
Saya yang tidak memiliki dokumen
pendukung seperti sertifikat pengalaman organisasi dan juga pengalaman
mengajar, akhirnya hanya melampirkan IAR, Izin Amatir radio. Memang tidak
relevan, tidak bisa disejajarkan dengan sertifikat yang diminta. Tetapi yakin
saja, sebab Surat Izin Amatir radio tersebut menjadi bukti saya menjadi anggota
organisasi amatir radio Indonesia, ORARI. Sebuah organisasi hobi yang bernaung
di bawah Kemkominfo dan memiliki kredensial izin yang bisa dipakai secara
internasional.
Di atas sempat saya singgung
terkait Havid juga sering dipanggil CLX, ya lengkapnya YD2CLX adalah callsign
atau nama udara saya yang sekaligus menjadi izin ketika memancar di berbagai
pita frekuensi radio. Callsign ini terdiri dari 3 bagian yaitu Prefix YD
(dibaca: Yangke Delta) yang menunjukan saya berasal dari Indonesia, kemudian
call area 2, menunjukan berasal dari Jawa tengah di mana di Indonesia dibagi
menjadi 9 call area, dan juga CLX (di baca: Carlie Lima X-ray) yang merupakan
suffix atau seri unik yang menjadi pembeda antar amatir radio lainya.
Callsign YD2CLX saya dapatkan
pasca mengikuti ujian negara amatir radio yang diselenggarakan oleh Balai
monitor spektrum radio Kominfo. Jika ditanya apa fungsinya? Sebenarnya itu
hanya untuk kepentingan hobi. Namun dengan izin tersebut saya mendapat sangat
banyak privilege yang tidak pernah saya duga sebelumnya, termasuk akses izin
menggunakan satelit milik LAPAN yang akan saya ceritakan nanti terkait dengan salah
satu aktivitas kampus Mengajar. Dengan callsign ini saya bebas melakukan
eksperimen untuk membuat berbagai perangkat otomasi maupun telekomunikasi yang
menggunakan gelombang radio, berkomunikasi lintas benua dengan radio High
Frequency atau untuk giat sosial melakukan dukungan komunikasi ketika terjadi
bencana.
Saya tidak begitu aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan di kampus, lebih menyukai kegiatan eksternal yang menunjang
hobi. Selain hobi elektronika dan radio, saya juga mengelola blog saya sendiri
Northbackpacker.com yang saya kelola sejak SMP untuk menulis berbagai cerita
perjalanan saya ketika menjelajah tempat-tempat baru. Saya juga tegabung dalam
GenPI atau generasi pesona Indonesia yang berada di bawah Kemenparekraf saat
ini, atau di bawah Kemenpar pada saat era Menpar Arief yahya menjabat. GenPI
ini berfokus pada promosi destinasi wisata secara digital, saya menjadi salah
satu blogger diantara vlogger, videographer dan desainer.
Setelah mengirimkan berkas
pendaftaran di web kampus merdeka, selang beberapa hari pengumuman mahasiswa
yang lolos seleksi tahap 1 dirilis. Saya lolos tetapi masih mesti melewati
tahap 2, di tahap 2 ini para pendaftar mesti mengikuti survey kebinekaan. Tidak
tahu ini menjadi parameter penting dalam seleksi atau tidak, sebab jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan jawaban terbuka yang subjektif setiap
individu. Alhamdulilah, saya lolos di seleksi final, begitu lolos langsung
muncul SD lokasi saya ditempatkan.
Saya, bersama Tim |
Saya ditempatkan di SD Negeri 4
Kalisatkidul, Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Bukan
daerah yang asing bagi saya, mendengar kata kalisatkidul, sebab lokasinya hanya
beberapa kilo meter dari tempat tinggal saya. kemudian, saya mulai mencari
rekan satu lokasi penempatan di grup whatsapp daerah, dalam waktu singkat
langsung terkumpul semua. Ya, saya bersama 6 mahasiswa lain yang ditugaskan di
SDN 4 Kalisatkidul.
Setelah pengumuman tersebut, kami
mengikuti pembekalan selama 1 minggu, pembekalan ini sebenarnya urgent, tapi
bagi mahasiswa pendidikan seperti saya ini merupakan hal-hal basic dalam
mengajar jadi saya tidak menyimak kegiatan ini dengan sempurna. Mestinya,
mahasiswa non-pendidikan akan mendapatkan hal baru yang esensial ketika di
lapangan, sebab kampus mengajar ini tidak memandang jurusan. Semua jurusan
boleh mendaftar.
Pembekalan berlangsung selama
satu minggu, kemudian tepat 22 Maret 2021 kami resmi diterjunkan ke lapangan
oleh Mendikbud Nadiem Makarim, dengan bekal beberapa dokumen, keesokan harinya
kami diarahkan untuk meminta surat penugasan dari dinas pendidikan setempat
sebelum meminta izin ke SD sasaran. Di situlah kami bertemu dengan satu tim
secara perdana, namun ternyata tidak lengkap. Harusnya kami bertujuh, tetapi
hanya ada kami berempat yaitu Ismi, Faris dan Dwi. 3 mahasiswa lain ternyata
memiliki domisili yang lumayan jauh dari Banjarnegara, seperti Semarang,
Kabupaten Semarang juga Temanggung. Sehingga mereka bertiga yang bukan berasal
dari Banjarnegara akhirnya mengajukan pindah lokasi SD penempatan melalui dosen
pembimbing.
Akhirnya, kami di SDN 4
Kalisatkidul hanya berempat, yaitu Faris dari Universitas Pendidikan Indonesia,
Dwi dari Universitas Ahmad Dahlan dan juga Ismi dari UNNES yang kebetulan dia
merupakan teman sewaktu SMP. Di Kantor dinas pendidikan kabupaten, kami
mendapatkan surat tugas untuk melakukan kegiatan di SD. Nah, baru keesokan
harinya kami menuju SDN 4 Kalisatkidul. Namun ternyata tidak sesuai ekspektasi,
saya membayangkan SD tersebut berada di dekat pusat desa Kalisatkidul, dimana
saya pernah melewati desa tersebut.
Track Menuju SD |
Ternyata, SDN 4 Kaisatkidul
berada jauh dari pusat desa, tepatnya berada di dusun Susukan, tidak ada jalan
akses langsung dari desa Kalisatkidul ke dusun Susukan, kita mesti memutari
gunung wirosapu untuk mencapai lokasi SD. Kami berempat kaget, sebab tenyata
jalan menuju desa tersebut berupa track offroad yang belum di aspal dengan
kontur jalan naik dan turunan curam. Tidak pernah terbanyangkan sebelumnya jika
di Banjarnegara masih ada pemukiman yang memiliki akses yang sulit seperti ini.
Kami tidak hanya kaget karena
jalan yang mesti kami lewati terjal, namun begitu kami sampai di lokasi SD,
ponsel kami tidak lagi berguna, sinyal GSM tidak ada sama sekali, saya berulang
kali melakukan refresh jaringan hasilnya nihil, mustahil untuk mengakses
internet, untuk SMS saja tidak bisa. Akhirnya kami sejenak melupakan hal
tersebut, kami bergegas masuk kantor dan menemui kepala sekolah di SD tersebut.
Kami bertemu dengan kepala sekolah, menjelaskan maksud dan tujuan kami,
kemudian memaparkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan selama 3 bulan
kedepan. Kepala sekolah dan guru menyambut dengan baik atas kedatangan kami.
Untuk itu kami mulai mempersiapkan berbagai hal untuk mulai aktif mengajar di
SD.
Lokasi Berada di Ketinggian 1230 mdpl |
SD Negeri 4 Kalisatkidul hanya terdapat
3 kelas, yaitu kelas 1,2 dan 3 dengan total siswa sebanyak 20. Sangat sedikit,
guru kelas PNS hanya ada 1, itupun baru diangkat beberapa bulan sebelum
kedatangan kami. Cerita dari penjaga sekolah, sebelumnya siswa sering datang ke
sekolah namun tidak ada guru yang datang. Sebab guru sebelumnya merupakan
tenaga honorer. Meskipun begitu, semangat anak-anak untuk belajar sangat
tinggi, mereka selalu meminta PR kepada kami setelah usai pelajaran. Sebuah
fenomena langka, dimana siswa meminta PR agar mereka bisa mengerjakan tugas di
rumah. Cukup memperihatinkan kondisi di SD ini, kadang siswa datang ke sekolah
tidak memakai seragam, hanya memakai sendal, dan mandi bukanlah hal wajib di
sini. Tapi kami mencoba memaklumi karena keterbatasan dan kondisi sosial
ekonomi di daerah ini.
Kami melaksanakan berbagai
program yang merujuk pada tema inti yaitu literasi, numerasi dan alih
teknologi. Kami mecoba memberikan pengajaran yang sesuai dengan kurikulum agar
siswa dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan standar di Banjarnegara
khususnya. Sebenarnya kami melaksanakan program kampus mengajar normal saja
seperti peserta lain di seluruh Indonesia, namun SDN 4 Kalisatkidul mendadak
menjadi sorotan dari panitia dan kementrian.
Sebenarnya ini berawal dari hal
yang iseng saja, salah satu kegiatan saya di rumah yaitu melakukan QSO atau
komunikasi dengan rekan-rekan amatir di berbagai negara tetangga menggunakan
Voice Repeater Satelit IO-86 atau satelit LAPAN A2-ORARI. Ini bukan hal yang
baru bagi saya, hampir setiap hari ketika senggang saya melakukan kontak ketika
satelit mengorbit di atas lokasi saya. biasanya hanya untuk berkabar sapa
dengan teman-teman dengan perangkat radio yang sangat simpel.
Antena Moxon rakitan untuk komunikasi Satelit |
Voice repeater satelit IO-86 ini
juga bisa digunakan untuk berkirim gambar dengan fitur SSTV, voice repeater ini
selain untuk komunikasi reguler, juga selalu digunakan ketika terjadi bencana.
dengan satelit ini para amatir radio bisa melakukan kontak dengan dunia luar
tanpa tergantung dengan infrastruktur telekomunikasi digital terrestrial.
Sehingga ketika terjadi bencana dan akses telekomunikasi biasa tertutup, kita
ataupun mereka masih bisa tetap berkomunikasi.
Pemanfaatan dan pengelolaan
satelit ini berada di bawah LAPAN secara langsung, namun memiliki wadah
tersendiri bagi para penggiat Amateur satellite, yaitu AMSAT-ID, salah satu
organisasi turunan dari ORARI yang fokus pada bidang pengembangan dan
pemanfaatan satelit amatir radio. Nah, mengingat di SDN 4 Kalisatkidul
benar-benar tidak bisa mengakses internet sama sekali, terbersitlah saya untuk
melakukan ujicoba berkirim dan menerima media pembelajaran melalui satelit
LAPAN A2 dengan mode SSTV.
Kontak dengan Satelit IO-86 / LAPAN A2 |
Sore itu, saya mengirimkan pesan
ke grup AMSAT-ID untuk menanyakanide saya terkait bagaimana jika salah satu
passing satelit dimanfaatkan untuk SSTV, semua orang di grup mempersilakanya
namun tetapi dari LAPAN malah menyarankan agar saya di berikan slot khusus
untuk aktivasi SSTV ini, makin semangat saya ketika LAPAN support maksimal
kegiatan kami. Akhirnya saya berkoordinasi dengan kepala bidang desimininasi pusteksat
LAPAN, Om Wahyudi Hasbi YD1PRY juga Om
Sony YC1SCC terkait waktu orbit dan juga elevasi yang optimum untuk menerima
sinyal pada frekuensi downlink di lokasi saya. setelah itu saya berkoordinasi
dengan rekan saya dari AMSAT-ID yaitu om Yono YD0NXX, salah satu perakit dari
satelit ini untuk mentransmisikan SSTV media pembelajaran tersebut di waktu
yang sudah di sepakati.
Setelah koordinasi tersebut usai,
tibalah kami eksekusi ujicoba ini. dengan set up sederhana, saya hanya
menyiapkan HT dual band, antenna moxon, dan juga ponsel android dengan aplikasi
decoder SSTV. Saat satelit melintas pada jadwal yang sudah di sepakati, kami
berempat bersama guru dan kepala sekolah mencoba menerima sinyal SSTV yang di
transmisikan pada frekuensi downlink satelit IO-86 yaitu 435.880mhz. dan gambar
tersebut kami terima dengan sempurna.
Kegiatan tersebut saya unggah di
sosmed, ternyata ada beberapa wartawan yang melihat dan ingin menaikan berita
perihal kegiatan kami, dengan senang hati kami jelaskan apa yang kami lakukan
dengan ujicoba ini. dan berita tersebut lumayan ramai diperbincangkan, termasuk
di kalangan orang-orang pusteksat. Pada akhirnya berita tersebut sampai hingga
ke kementrian, selang beberapa jam pasca berita tersebut rilis, saya di hubungi
oleh bu Fia dari Ditjen SD Kemendikbudristek yang intinya menanyakan kegiatan
yang kami lakukan, kemudian ia meminta saya mengikuti pembuatan konten sharing
bersama bu Sri Wahyuningsih selaku direktur sekolah dasar di kanal youtube
Kemendikbudristek.
Zoom Sesi Ngobrol Pintar dengan Ibu Dir. Sri Wahyuningsih |
Pada intinya mereka sangat
mengapresiasi kegiatan kami dalam mengatasi masalah tidak ada sinyal di lokasi
SD penempatan. Peserta lain Kampus Mengajar dari daerah lain juga penasaran
dengan SSTV satelit IO-86 ini, akhirnya saya melakukan sesi sharing melalui
zoom, dan beberapa teman yang memiliki perangkat saya ajak untuk mencobanya
pada jadwal reguler orbit satelit IO-86 ini. mereka sangat antusias dan makin
tertarik dengan kegiatan ini.
Tidak disangka, ternyata kegiatan
kami mendapat perhatian yang serius dari LAPAN juga dari Ditjen Dikti, sempat saya
dikabari rekan bahwa kegiatan kami dijadikan proof of concept dari program
Kampus mengajar ini, menjadikan kegiatan kami di SD sebagai bukti nyata bahwa
Kampus Mengajar benar-benar membawa transformasi, terutama dalam bidang
teknologi. Hingga akhirnya, saya berkesempatan untuk berbagi pengalaman dan
berinterkasi secara langsung bersama jajaran Dirjen Kemendikbud pada acara
pembukaan program Kampus Mengajar Angkatan 2 tahun 2021.
Sesi tersebut dihadiri sekitar 1000
partisipan zoom dan 8000an streamer di youtube, yang lebih mengagetkan, saya
diangkat menjadi Duta Kampus Mengajar Angkatan 1 2021, dan diajak oleh ibu Sekretaris
jendral pendidikan tinggi Paristiyanti berkunjung ke Papua untuk mencari solusi
atas permasalahan jaringan komunikasi untuk mendukung dunia pendidikan di sana.
Saya sangat antusias dengan penghargaan dan kesempatan ini, walaupun sebenearnya
saya tidak merasa pantas untuk dijadikan duta, sebab masih banyak peserta lain
yang lebih kompeten dan memiliki effort dan inovasi yang lebih berdampak pada
dunia pendidikan.
Pembukaan Kampus Mengajar Akt. 2 |
Harapan saya, program Kampus
Mengajar ini terus berlanjut dan semakin berdampak, membawa perubahan-perubahan
baru dari rekan mahasiswa untuk siswa-siswa di pedalaman yang menjadi harapan
baru bangsa ini. Menginspirasi adik-adik di pedalaman yang tentu akan mendapat harapan
baru ketika kita terjun dan menyentuh mereka secara langsung.
Atau minimalnya, kita sebagai
mahasiswa menyaksikan secara langsung bagaiamana kondisi real pendidikan Indonesia
di lapangan, menyaksikan kesenjangan sosial secara nyata, serta memahami
pola-pola yang terjadi di tingkat paling bawah dari hierarki manajemen
pendidikan di Indonesia. Dimana insight tersebut akan membawa diri menjadi
pribadi yang lebih utuh, berpikir secara global dan jika suatu saat di masa
depan kita memiliki daya untuk turut andil dalam pengentasan masalah tersebut,
kita sudah memiliki pengalaman yang bisa dijadikan tolok ukur, agar kita
semakin bijak dalam mengambil keputusan.
Huwwwaaaaww masyaallah sekali..!
ReplyDeleteMas Havid sangat menginspirasi nih buat para mahasiswa dan anak muda jaman sekarang. Ketika gak ada sinyal, bukannya mengeluh malah bisa cari ide dan pantang menyerah. Baca antusias anak SD yang malah minta PR dan tetap berangkat sekolah dengan keterbatasan bikin Saya malu dengan diri sendiri. ada tugas bukannya dikerjain malah disambatin. Saya merasa desa saya susah dijangkau dari Kota, ternyata ada yang lebih sulit dijangkau padahal masih satu kabupaten. Good job deh buat pengingat selalu bersyukur dan jangan pernah nyerah. Padahal bisa aja mas Havid "asal selesai" untuk program kampus mengajar...
But, ternyata anak Desa gak cuman ngomong ngapak ya, tapi udah bisa campur english :p (enyong be iya ding kui ana "But" and "Good job")
Makasihh "the next menkeu" ... semogaa bisaa bikin prioritas anggaran pendidikan di menkeuu biar lebih tepat sasaran 😆
DeleteLuar biasa, smg menginspirasi yg lain
ReplyDeleteTerimakasih pak
Delete