Sering kita mendengar cerita tentang bahaya “Radiasi” dari berbagai objek elektronik di sekitar kita. Dari bahaya Menara sutet hingga ponsel yang senantiasa kita pegang. Tapi, apakah teman-teman pernah tahu jika banyak sekali hal di luar sana yang lebih berbaya dari objek populer yang saya sebut di atas?
Tentu! Sebenarnya seluruh perangkat nirkabel pasti memanfaatkan gelombang radio yang di radiasikan, hanya saja daya pancar dan juga frekuensinya berbeda. Dari milliwatt hingga megawatt, daya pancar ini tentu berdampak juga pada jangkauan sinyal dan juga risiko yang dihasilkan oleh pemancar itu.
Kali ini saya ingin sedikit menceritakan seberapa bahaya sinyal-sinyal ini ketika terjadi malfungsi, gangguan dan juga kesalahan teknis yang berpotensi membahayakan masyarakat luas. Pembahasan ini saya awali dari pertanyaan sering dilontarkan oleh teman kepada saya sebagai seorang amatir radio berlisensi:
“Kenapa menggunakan radio
komunikasi memerlukan izin yang perlu diujikan?”
Jawaban pertanyaan ini merupakan
alasan kenapa Radio yang terkesan sederhana sebenarnya sarana vital dalam
kehidupan modern seperti saat ini, urgensi dari sertifikasi dan uji perangkat
maupun operator radio perlu dilakukan sebab gelombang radio tidak berwujud
namun bisa diukur. Nah, keterampilan mengukur segala parameter radio ini harus
serius dan tidak boleh sembarangan, sebab jika terjadi kesalahan dalam
instalasi sebuah pemancar, dampak yang dihasilkan bisa sangat massive.
Kok bisa? Jelas, contohnya ketika kita sembarangan menggunakan frekuensi radio di HT kita, salah menggunakan antenna yang tidak semestinya, mungkin kita tetap bisa berkomunikasi dengan normal dengan lawan bicara tetapi tanpa kita sadari pancaran radio kita yang tidak optimal tersebut bisa mengganggu dan menutup saluran komunikasi radio lain, misalnya menutup saluran radio pesawat.
Radio Handy Transceiver (HT) yang biasa dijual di pasaran rata-rata memiliki daya 5 watt, kecil memang tapi memungkinkan untuk berkomunikasi melalui satelit dan terhubung dengan rekan-rekan di India, Thailand maupun Jepang. Jika 5 watt saja bisa memiliki kemampuan seperti itu, bagaiamana dengan mereka yang menggunakan pesawat radio base station dengan daya pancar antara 50 hingga 100 watt?
Jelas semakin berisiko, bayangkan
saja ketika seseorang sembarangan menggunakan radio dengan asal, menutup
saluran komunikasi pilot dengan menara ATC tanpa sadar, ketika ingin konfirmasi
sebuah intruksi darurat mereka gagal karena saluran komunikasi tertutup. Tentu
bukan lagi persoalan teknis, namun menjadi persoalan nyawa banyak orang.
Kejadian seperti itu bukan
sekadar dongeng, namun hal yang sering terjadi di Indonesia dan gangguan
seperti itu sering dikeluhkan para pilot di forum-forum online.
Sebenarnya lumayan miris ketika melihat Event Organizer pada sebuah acara di kampus atau di luar mereka menggunakan HT tanpa mengetahui ketentuan penggunaan frekuensi yang benar. Tanpa mereka sadari bisa saja sedang mencelakai orang lain. Sayangnya regulasi ini tidak diimbangi dengan penindakan yang tegas dari pihak berwenang, dalam konteks penyalahgunaan pita frekuensi, Kominfo lah yang bertanggung jawab.
Diluar gangguan secara teknis, ada bahaya lain yang mengancam untuk orang-orang yang tinggal di dekat stasiun pemancar radio. Entah itu radio FM, Televisi, atau BTS seluler. Sedikit cerita, beberapa saat yang lalu saya berkunjung ke stasiun pemancar TVRI Gombel, Semarang untuk memasang stasiun cuaca APRS YB2NDX-11, bersama rekan saya diajak untuk melihat ruangan pemancar dan naik ke tower.
Tidak berhenti saya
terheran-heran, bagaiamana tidak? Ruangan yang saya masuki adalah tempat
transmisi TVRI dengan daya pancar 30.000 Watt!! Atau 30 KW. Tidak bisa
membayangkan jika electromagnetic field dari pemancar tersebut bisa dilihat
oleh mata. Saya tidak tahu bagaimana sebuah gelombang electromagnetic
mempengaruhi kesehatan, tetapi dampak negative pasti ada. Interfrensi dan
gangguan elektromagentik tersebut bisa dirasakan langsung, remot mobil dan juga
alarmnya tidak bisa berfungsi secara normal di tempat seperti ini, komunikasi
reguler juga terdampak oleh QRM atau noise yang sangat tinggi dari pemancar
daya tinggi seperti ini.
Beruntungnya, di tempat-tempat seperti ini seluruh instalasinya di lakukan oleh expert dan tersertifikasi sebagaimana mestinya, sehingga “efek samping” dari pemancar radio bisa tekan dengan baik.
Di daerah Gombel, Semarang menjadi pusat pemancar berbagai instansi, dari BUMN, Swasta hingga militer. Memang tampak seperti perkebunan tower, tapi di balik kerenya stasiun-stasiun tersebut, banyak hal “tak kasat mata” yang mengintai. Ini opini saya, bukan bermaksud memberikan kesan negative daerah itu, sekadar berbagi informasi agar teman-teman atau warga yang tinggal di daerah tersebut lebih aware dengan lingkunganya.
Untuk itu, saya berharap teman-teman
yang memiliki perangkat radio tetapi belum memiliki izin, mesti lebih bijak
dalam penggunaanya. Alangkah lebih baiknya untuk segera melakukan ujian amatir
radio agar seluruh penggunaan perangkat tersebut menjadi legal dan tidak
membahayakan orang lain.