Telaga Sigebyar Mangunan, mungkin
kurang begitu familiar terdengar, namun pesonanya tidak kalah menarik untuk dikunjungi.
Lokasinya benar-benar tersembunyi di balik deretan pegunungan Serayu utara. Tepatnya
berada di desa Tlogohendro Mangunan, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten
Pekalongan. Desa Mangunan ini berada di dekat perbatasan antara kabupaten Pekalongan
dengan Banjarnegara. Jaraknya 16 Km dari
kecamatan Wanayasa, Banjarnegara.
Ketika saya sampai di telaga Sigebyar ini langsung teringat suasana film Jurasic Park! Seriously jalanan serta bentang alam di sini benar-benar masih asri. Pepohonan raksasa yang mungkin berusia ratusan tahun masih mudah ditemui di sepanjang perjalanan menuju telaga Sigebyar. Ditambah lagi posisi telaga ini langsung menghadap tebing batu yang tinggi di sisi utara puncak Kendeng.
Kabut turun menyelimuti telaga |
Dari pengamatan saya, secara geografis telaga Sigebyar ini dulunya merupakan sebuah kaldera purba, teramati berdasarkan lokasinya yang berada di cekungan sebuah lembah yang dipenuhi bebatuan beku vulkanik. Serta posisinya yang tepat berada di bawah gugus pegunungan Serayu utara. Gugus pegunungan ini membentang dari timur ke barat, diawali dari gunung Ungaran di timur yang membentang hingga ke Jawa barat.
Tebing batu puncak Kendeng |
Telaga ini berada di ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut, vegetasinya mirip sekali dengan dataran tinggi Dieng, tidak bisa dipungkiri karena lokasinya masih dalam satu deretan, bisa jadi daerah Mangunan ini merupakan bagian dari lereng sisi barat daya gunung Dieng purba di masa lampau. Dengan bentang alam demikian, mata pencaharian warga di sini adalah petani yang komoditas utamanya kentang dan wortel.
Ohiya, sebenarnya lokasi ini sudah di kelola oleh pemerintah dan masyarakat setempat, aksesnya cukup memadai meskipun memiliki kontur yang terjal. Jalanan menuju ke telaga Sigebyar ini berupa cor semen, memiliki tempat parkir luas dan terdapat pos penjaga serta semacam joglo yang mungkin dijadikan tempat kumpul atau pertunjukan kesenian warga sekitar. Di pinggir telaga juga terdapat gazebo-gazebo yang bisa untuk duduk sembari menikmati pemandangan. Namun ketika saya datang ke sini tidak ada orang yang mengelola loket masuk, jadi kami datang tidak membayar apa-apa karena memang hanya kami berdua di sini.
Petilasan di sisi barat telaga |
Saya membawa kompor portable dan kopi, memang saya berniat ingin ngopi di di sini. lokasi ini benar-benar sunyi, sangat cocok dijadikan tempat untuk refresing dan menenangkan diri. Hanya saja pengelolaanya kurang maksimal, ketika saya mencoba berkeliling di beberapa titik masih terdapat spot selfi alay yang merusak kealamian telaga ini. untungnya spot-spot dan anjungan tersebut mulai keropos dan tertutup semak-semak. Mungkin ini menjadi PR untuk pengelola di telaga Sigebyar ini, air dari telaga mulai tertutup oleh tanaman air yang jika dibiarkan lama-kelamaan akan merusak ekosistem peraiaran di telaga tersebut, serta mengikat sedimen yang ujungnya menghilangkan telaga ini dan menjadi daratan rawa-rawa.
Tentunya lokasi ini sangat cocok untuk teman-teman yang suka berpetualang, menikmati lokasi yang sunyi untuk refreshing dan menenangkan diri, namun kurang cocok untuk piknik ceria bersama keluarga, suasana di sini kurang mendukung untuk itu. Idealnya untuk datang ke telaga Sigebyar Mangunan ini adalah di musim kemarau antara bulan Juni hingga Agustus agar lebih maksimal menikmati atmosfer di sini.